Suatu saat, ada perbincangan gaib antara Tuhan dengan beberapa kepala negara yang menginginkan rakyatnya sejahtera.
Ronald Reagan, (mantan) presiden Amerika bertanya kepada Tuhan."Tuhan, kapankah rakyatku akan makmur dan sejahtera?". Tuhan menjawab,"20 tahun lagi". Reagan menangis mendengarkannya.
Setelah itu, Toni Blair, (mantan) PM Inggris giliran bertanya."Tuhan, bilakah rakyatku akan makmur sentosa tiada kurang apapun?". Tuhan menjawab,"20 tahun lagi". Blair menangis tersedu-sedu.
Hu jintao, presiden China saat ini juga bertanya."Tuhan, kapan rakyatku tercinta akan hidup makmur dan kesejahteraan merata?. Tuhan menjawab,"25 tahun lagi". Hu menangis juga.
Terakhir, presiden Indonesia (siapapun itu yang anda benci) bertanya."Kapankah rakyat Indonesia akan sejahtera, aman, sentosa, dan kaya-raya?. Tuhan tidak menjawab. Malah Tuhan ganti menangis tersedu-sedu.Hahaha...kawan, agak keterlaluan memang anekdot ini. Tapi, Gus Dur sukses membuat saya ketawa.
"Jika saya disuruh untuk membukukan cerita-cerita lucunya Gus Dur, saya menyerah. Terlalu banyak! Tebalnya mungkin segini (merentangkan kedua telapak tangan sejauh 1 meter)", kata Jaya Suprana yang merupakan sahabat karib Gus Dur. Anda pernah dengar guyonan satirenya yang mengibaratkan anggota dewan yang duduk di DPR/MPR seperti sekumpulan siswa Taman Kanak-Kanak? Saya tidak bisa tertawa lagi akan hal ini karena banyak anggota dewan sekarang yang lebih nakal daripada anak TK. Beberapa kumpulan joke dan anekdotnya yang lainnya:
Kemenangan Korsel Berkat Dukungan Saya ...
Ternyata kemenangan Korea Selatan (Korsel) atas Italia di babak perdelapan final piala dunia hari Selasa, 18 Juni 2002 kemarin tidak terlepas dari adanya dukungan moril dari Kyai . Salah seorang Kyai di daerah Jawa timur, yang tidak mau disebutkan namanya menyatakan bahwa dia senantiasa berdoa atas kemenangan demi kemenangan tim sepak bola dari negeri Gingseng tersebut.
Bahkan doa-doa khusus pun dilayangkan demi kesuksesan salah satu tim wakil Asia tersebut. Fakta ini mengundang tanda tanya besar, kira-kira atas dasar apa Kyai tersebut dengan semangat memberikan dukungannya kepada Tim Korsel. Atas dasar sesama Asia? atau atas dasar hubungan baik dua negara sewaktu Gus dur masih menjabat Presiden RI?
"Ah...tidak juga", jawab sang Kyai,
"sederhana saja, pelatih Korselkan orang kita juga ...
GUS Hiddink"
Tak Punya Latar Belakang Presiden
Mantan Presiden Abdurrahman Wahid memang unik. Dalam situasi genting dan sangat penting pun dia masih sering meluncurkan joke-joke yang mencerdaskan. Seperti yang dituturkan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD saat diinterview salah satu televisi swasta. "Waktu itu saya hampir menolak penunjukannya sebagai Menteri Pertahanan. Alasan saya, karena saya tidak memiliki latar belakang soal TNI/Polri atau pertahanan," ujar Mahfud.
Tak dinyana, jawaban Gus Dur waktu itu tidak kalah cerdiknya. "Pak Mahfud harus bisa. Saya saja menjadi Presiden tidak perlu memiliki latar belakang presiden ,gitu aja kok repot", ujar Gus Dur santai.
Karuan saja Mahfud MD pun tidak berkutik. "Gus Dur memang aneh. Kalau nggak aneh, pasti nggak akan memilih saya sebagai Menhan," kelakar Mahfud.
Menebak Usia Mumi
Ini cerita Gus Dur beberapa tahun yang lalu, sewaktu jaman Orde Baru. Cerita tentang sayembara menebak usia mumi di Giza, Mesir. Puluhan negara diundang oleh pemerintah Mesir, untuk mengirimkan tim ahli Palaeo Antropologinya yang terbaik. Akan tetapi, pemerintah Indonesia lain dari yang lain, namanya juga jaman Orde Baru yang waktu itu masih bergaya represif misalnya banyaknya penculikan para aktivis. Makanya pemerintah mengirimkan seorang aparat yang komandan intel.
Setelah sejumlah negara maju untuk menebak usai mumi, giliran delegasi Indonesia yang maju. Pak Komandan bertanya kepada panitia, bolehkan dia memeriksa mumi itu di ruang tertutup. "Boleh, silahkan," jawab panitia. Lima belas menit kemudian, dengan tubuh berkeringan Pak Komandan Intel itu keluar dan mengumumkan temuannya kepada tim juri. "Usia mumi ini enam ribu dua ratus empat puluh lima tahun enam bulan tujuh hari," katanya dengan lancar.
Ketua dan seluruh anggota tim juri terbelalak dan saling berpandangan, heran dan kagum jawaban itu tepat sekali. Menjelang kembali ke Indonesia, Pak Komanda Intel dikerumuni wartawan dalam dan luar negeri di lobby hotel. "Anda luar biasa," kata mereka. "Bagaimana cara Anda tahu denghan persis usia mumi itu?"
Pak Komandan dengan enteng menjawab, "Saya gebuki, ngaku dia!"
Buto Cakil Pembayar Demonstran?
Punakawan selalu digambarkan sebagai kstaria. Musuhnya jelek-jelek semua, misalnya Buto Cakil. Punakawan sering diculik, dibawa berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Tapi, menurut Ki Tedjo, sekarang semuanya serba tak jelas. Perilaku kesatria pun tak jelas. Yang jadi Punakawan pun tak jelas. Yang disebut istana pun tak jelas. Sebab saat ini masih banyak istana, ada yang di Cendana, ada yang di sana, pokoknya di mana-mana.
"Supaya rakyat tentram, mbok ya (para elite politik) itu kalau berantem caranya yang cerdas lah. Rakyat seperti kita ini kan juga perlu tahu. Bukan begitu, Gus?"
"Sebelum tahu istananya, harus tahu dulu siapa demonstrannya," jawab Gus Dur.
"Ya sebelum tahu demonstrannya, harus tahu dulu siapa yang membayari."
Becak Dilarang Masuk
Saat menjadi presiden, Gus Dur pernah bercerita kepada Menteri Pertahanan saat itu, Mahfud MD, tentang orang Madura yang katanya banyak akal dan cerdik. Cerita ini masuk dalam buku Setahun bersama Gus Dur, Kenangan Menjadi Menteri di Saat Sulit. Ceritanya, ada tukang becak asal Madura yang pernah dipergoki oleh polisi ketika melanggar rambu “becak dilarang masuk”. Tukang becak itu masuk ke jalan yang ada rambu gambar becak disilang dengan garis hitam yang berarti jalan itu tidak boleh dimasuki becak.
“Apa kamu tidak melihat gambar itu? Itu kan gambar becak tidak boleh masuk jalan ini,” bentak polisi.
“Oh saya melihat pak, tapi itu kan gambarnya becak kosong. Becak saya kan ada yang mengemudi,” jawab si tukang becak .
“Bodoh, apa kamu tidak bisa baca? Di bawah gambar itu kan ada tulisan bahwa becak dilarang masuk,” bentak pak polisi lagi.
“Tidak pak, saya tidak bisa baca, kalau saya bisa membaca maka saya jadi polisi seperti sampeyan, bukan jadi tukang becak seperti ini,” jawab si tukang becak sambil cengengesan.
(gusdur.net/Anekdot)
***
Gus Dur, memang adalah fenomena tersendiri dalam sejarah politik Indonesia. Sewaktu menjabat jadi presiden Indonesia, beliau mendobrak arus mainstream. Pemikirannya original, kadang tidak masuk akal, out of the box. Keluarganya mengibaratkan Gus Dur sebagai lokomotif super cepat tapi menggandeng gerbong yang lambat sehingga gerbongnya tidak bisa menyusul lokonya. Gerbong disini ibarat masyarakat umum yang sering keliru menafsirkan pemikiran-pemikirannya. Pikiran dan ide-ide Gus Dur menerobos jauh kedepan. Bahkan terkadang seperti meramal. Oleh beberapa pengamat politik Beliau diibaratkan seperti Drunken Master, si dewa mabuk.