24/10/09

Lintang: Beberapa Cuplikan Dari Buku Laskar Pelangi)

~Hal yang tak akan pernah kulupakan adalah bahwa pagi itu aku menyaksikan seorang anak pesisir melarat, temanku sebangku, untuk pertama kalinya memegang pensil dan buku…ia akan berkembang menjadi manusia paling genius yang pernah kujumpai seumur hidupku.
~Ia akan sekolah disini lalu pulang pergi tiap hari naik sepeda. Jika panggilan nasibnya memang harus menjadi nelayan maka biarkan jalan kerikil batu 40 kilometer mematahkan semangatnya.
~“Aku tak bisa melintas. Seekor buaya sebesar pohon kelapa tak mau beranjak. Menghalang ditengah jalan…aku tak akan pulang gara-gara buaya bodoh ini…tahukah hewan ini pentingnya pendidikan?”
~…tak sehari pun ia pernah bolos. 80 kilometer pulang pergi ditempuhnya dengan sepeda tiap hari. Tak pernah mengeluh.
~Jika tiba dirumah ia tak langsung beristirahat melainkan…bekerja sebagai kuli kopra…sebagai kompensasi terbebasnya dia dari pekerjaan dilaut serta ganjaran yang ia dapat dari “kemewahan” bersekolah.
~Seperti Mahar, Lintang berhasil mengharumkan nama perguruan Muhammadiyah.
Hari ini aku belajar bahwa setiap orang, bagaimanapun terbatas keadaannya, berhak memiliki cita-cita…keinginan kuat itu juga memunculkan kemampuan-kemampuan besar yang tersembunyi dan keajaiban-keajaiban diluar perkiraan.
Ibunda guru,
Ayahku telah meninggal, besok aku akan sekolah.
Salamku, Lintang
~Kami melepas seorang sahabat genius asli didikan alam, salah seorang pejuang Laskar Pelangi lapisan tertinggi…yang mengangkat derajat perguruan miskin ini.
~Inilah kisah klasik tentang anak pintar dari keluarga melarat…Aku tak sanggup menatap wajahnya yang pilu.
12 TAHUN KEMUDIAN
~Pria yang menyapaku…kotor, miskin, hidup membujang, dan kurang gizi, ia adalah Lintang.
~Terlihat jelas ia kelelahan melawan nasib…tubuhnya kurus dan ringkih…kerinduannya pada bangku sekolah tentu membuatnya perih.
~Pikiranku melayang membayangkan…, naik mimbar, membawakan sebuah makalah di sebuah forum ilmiah yang terhormat…Namun, hari ini Lintang ternyata hanya seorang laki-laki kurus yang duduk bersimpuh menunggu giliran kerja rodi.
~“Jangan sedih Ikal, paling tidak aku telah memenuhi harapan ayahku agar tak jadi nelayan…”
aku marah, aku kecewa pada kenyataan begitu banyak anak pintar yang harus berhenti sekolah karena alasan ekonomi. Aku mengutuki orang-orang bodoh sok pintar yang menyombongkan diri, dan anak-anak orang kaya yang menyia-nyiakan kesempatan pendidikan.

3 komentar:

  1. wuah..menarik banget mba... pecinta laskar pelangi sejati sepertinya ya... hehehehe... jangan2 mba yang ngangkat buku ini ke skripsinya itu ya?

    BalasHapus
  2. ngomong2 SANG PEMIMPI udah selesai dibuat filmnya lho tahun ini... sy kmrn ikut workshop skenario Salman Aristo - yang nulis skenarionya... mdh2an cpt dipublish di bioskop ya..

    BalasHapus
  3. sang pemimpi besok premiere...nonton2!!!

    BalasHapus

Tertarik dengan artikel saya di atas?
Silahkan tulis komentar Anda di kotak komentar.
No SARA, Pornografi & Provokasi

Bookmark and Share
Powered By Blogger