01/11/09

Revolusi via Facebook & Twitter

Mengutip dari Wikipedia, Twitter adalah suatu situs web jejaring sosial dan mikroblog yang memberikan fasilitas bagi pengguna untuk mengirimkan update berupa tulisan dengan panjang maksimum 140 karakter dan aplikasi seperti Twitterrific dan Twitbin. Twitter didirikan pada Maret 2006 oleh perusahaan rintisan Obvious Corp. Sedang Facebook adalah situs web jejaring sosial yang diluncurkan pada 4 Februari 2004 dan didirikan oleh Mark Zuckerberg, seorang alumnus Universitas Harvard. Pengguna dapat memilih untuk bergabung dengan satu atau lebih jaringan yang tersedia, seperti berdasarkan sekolah, tempat kerja, atau wilayah geografis. Para user menggunakan keduanya sebagai sarana sharing, forum diskusi, tukar kabar dan yang sedang marak saat ini, membuat sebuah gerakan massal! Berikut adalah peristiwa yang bersentuhan langsung dengan FB, Twitter dan jutaan user:

Demonstrasi Menolak Pemilu Iran

Tentunya anda masih ingat dengan kerusuhan yang terjadi di negeri para Mullah ini berkaitan dengan penolakan massa pendukung calon presiden Mir Hossein Mousavi terhadap hasil pemilu 12 Juni 2009. Bermula dari ketidakpuasan tentang betapa cepatnya perhitungan pemilu dan jumlah pemilih yang diduga di mark up sehingga mengatrol suara incumbent (Ahmadinejad). Timbul gerakan pengumpulan massa di situs jejaring sosial semacam twitter.

Kerusuhan Iran menewaskan 72 orang meski versi pemerintah menyebut 26 (antaranews.com). Saat situasi memburuk, jurnalis asing macam CNN dan BBC dicekal dan diancam penjara oleh polisi jika meliput. Bagaimana dunia mengetahui perkembangan berita Iran? Jejaring sosial twitter, facebook, flickr, youtube adalah media yang bebas blokir. Warga Iran beralih jadi jurnalis dadakan. Mereka mengupdate dan upload kabar dan foto terbaru secara cepat. Lebih cepat dari surat kabar manapun, baik media cetak atau elektronik. “Iran adalah contoh nyata ketika piranti jejaring sosial menjadi senjata ampuh untuk menggerakan massa dalam waktu singkat,” urai Noam Cohen, kolomnis Link by Link pada The New York Times.

China Memblokir Jejaring Sosial

Berkaca pada apa yang terjadi di Iran rupanya cukup membuat China merasa khawatir hal yang sama bisa saja terjadi di negaranya mengingat potensi konflik yang sensitif di Tibet, suku Uighur (Prov. Xinjiang, kerusuhan di Provinsi Xinjiang pada awal Juli 2009), dan gerakan pro-demokrasi. Pada 1 Oktober 2009 kemarin sebuah parade militer yang kolosal dan spektakuler di Lapangan Tiananmen—melibatkan 200 ribu tentara, ribuan pelajar dan warga sipil. Pakar militer menyatakan, China juga akan melakukan unjuk kekuatan besar-besaran dengan menggelar armada militer mereka yang tercanggih—meliputi jet tempur dan arsenal rudal balistik model terbaru. Pada hari-hari sebelum peringatan HUT 60 tahun itu pemerintah memblokir Facebook, Twitter, Blogspot, Wordpress, dan Youtube untuk mencegah koordinasi antar demonstran. Sedangkan Flickr dan Wikipedia hanya diblok sebagian saja (Vivanews.com, Examiner.com, Time).

Menarik Dukungan dan Simpati Publik

Salah satu alasan bagaimana seorang yang awalnya disepelekan ketika Ia menyalonkan dirinya menjadi presiden Amerika berikutnya tapi kemudian keluar jadi pemenang pemilu adalah media internet terutama jejaring sosial, anda percaya?. Ya, Barack Hussein Obama melakukannya! Sekali lagi kita dibuat terkagum-kagum bagaimana dahsyatnya pengaruh jejaring sosial Twitter dan Facebook menembus batas dunia politik yang kaku dan penuh kerahasiaan.

Tak cuma ampuh untuk menentang kekuasaan, Facebook dan Twitter juga bisa sangat berjasa menempatkan seseorang di puncak kekuasaan. Obama adalah contoh nyata yang berpikiran kreatif, out of the box. Obama sangat agresif memperkenalkan diri kepada anak-anak muda lewat jejaring sosial tersebut. Fakta mencatat, di antara pemilih berusia 18-29 tahun, Obama unggul 2:1 atas McCain. Kemenangan yang telak mungkin, selain dari performanya juga yang memikat dengan membawa isu-isu perubahan yang memberi harapan. Langkah menarik simpati ini kemudian ditiru oleh banyak calon-calon wakil rakyat di negara-negara lain termasuk di Indonesia untuk menggalang dukungan dan suara. Latah? entahlah, yang pasti ini cara yang murah dan efektif dalam kampanye menyuarakan visi dan misi mereka kedepan.

Membarakan Nasionalisme

Di tahun 2009 ini, ada beberapa peristiwa yang menyulut gerakan bersatu untuk memberi dukungan di forum jaring sosial. Kita tentu tak bisa lupa dengan kejadian bom Marriott dan Ritz Carlton yang menggemparkan publik dunia. Sesaat setelah kejadian itu muncullah IndonesiaUnite! di Facebook dan Twitter. Pun juga saat ramai perbincangan mengenai Yayasan New7Wonder yang memasukkan Taman Nasional Pulau Komodo sebagai salah satu nominasi New 7 Wonder of Nature. Lalu, ada juga dukungan untuk meresmikan batik Indonesia sebagai warisan budaya dunia (world heritage) yang di sponsori oleh UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009. Pada tanggal itu seluruh warga Indonesia dianjurkan memakai batik sebagai lambang nasonalisme. Ada lagi dukungan terhadap Prita Mulyasari yang menjadi pesakitan oleh karena tuduhan pencemaran nama baik Rumah Sakit OMNI Internasional.

Kisah Prita bermula saat ia dirawat di unit gawat darurat RS Omni Internasional pada 7 Agustus 2008. Selama perawatan, Prita tidak puas dengan layanan yang diberikan. Ketidakpuasan itu dituliskannya dalam sebuah surat elektronik dan menyebar secara berantai dari milis ke milis. Rumah sakit beranggapan Prita telah mencemarkan nama baik rumah sakit tersebut beserta sejumlah dokter mereka. Melihat adanya pengekangan terhadap kebebasan berpendapat itulah para fesbukers memberi dukungan moral.

Dan yang paling baru adalah terbukanya skandal penyuapan yang menyeret banyak instansi pemerintah seperti Polri, Kejaksaan Agung, KPK,dll kepada drama konspirasi tingkat tinggi yang sampai tulisan ini di posting belum juga selesai. Publik menuduh Polri dan Kejaksaan Tinggi melakukan kerjasama untuk menghancurkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang selama ini sukses memenjarakan banyak koruptor. Oleh karena itu terbentuklah Gerakan 1.000.000 Facebookers Dukung Chandra Hamzah & Bibit Samad Riyanto yang ditujukan oleh 2 orang pimpinan KPK yang dituduh menerima suap oleh pengusaha Anggoro Widjojo dalam kasus korupsi sistem komunikasi radio terpadu (SKRT) PT Masaro di Departemen Kehutanan. Publik melihat adanya kejanggalan dalam penetapan keduanya sebagai tersangka. Apalagi setelah diperdengarkan rekaman hasil penyadapan telepon yang dilakukan KPK tersebut banyak yang bermain dalam kasus ini utamanya dari Polri dan Kejaksaan Tinggi. Sampai saat tulisan ini dibuat, follower yang bergabung mencapai 1 juta lebih.

Komentar :

ada 0 comment(s) ke “Revolusi via Facebook & Twitter”

Posting Komentar

Tertarik dengan artikel saya di atas?
Silahkan tulis komentar Anda di kotak komentar.
No SARA, Pornografi & Provokasi

Bookmark and Share
Powered By Blogger