21/03/09

Mengakui Kesalahan

Salah satu tanda kedewasaan manusia adalah mengetahui mana yang benar dan mana yang salah. Ini penting untuk menjadikan kita lebih terkontrol sehingga kita bisa hidup lebih baik. Tapi kadang kita cenderung bersikap oportunis menyikapinya. Bukankah kita cuma manusia biasa yang tak luput dari kesalahan? Aku, kamu dan semua orang pernah bersalah. Tak ada yang sempurna. Kemudian, masalah mulai muncul saat kita melakukan sebuah kesalahan. Orang lain mengkritik kita. Dan hati kita sendiri(yang merupakan filter pribadi) pun mengamini. Tapi jiwa oportunistis kita seringkali menyuruh untuk berkelit dan membela diri. Meyakinkan orang lain (bahkan menipu diri sendiri) bahwa kita tidak salah. Kita sudah melakukan kesalahan dengan tidak jujur pada diri sendiri. Ini bisa menimbulkan tekanan dan ketegangan. Kita akan terus memikirkannya sampai kita stres. Bukankah kita ingin bahagia tanpa ada beban?. Sebaiknya ketika kamu salah, kamu harus mengakuinya dengan jujur. Termasuk kepada hatimu. Jika seseorang mengkritikmu, misal,"Kamu terlalu malas dalam mengerjakan tugas yang di bebankan kelompok kita kepadamu". Tidak masalah, orang yang mengkritikmu bukanlah musuhmu, dia hanya mengingatkanmu.Jika memang kamu terlalu malas, akui itu."ya,kau benar. Maafkan aku. Aku akan merubah sikapku demi kelompok kita". Sepotong kata ini bukanlah pembunuh harga dirimu. Tak perlu bersusah payah berdebat. Akui saja, lalu lanjutkan hidupmu. Lakukan tindakan yang lebih baik dari sebelumnya. Ingat, kadang orang merasa hidupnya baik-baik saja tanpa cacat. Padahal mereka tidak melakukan sesuatu yang berarti sama sekali. Sedangkan orang sukses, ia menjadi rendah diri oleh karena pencapaian selama ini bukannya tanpa cacat. Tapi disertai dengan kerja keras dan terus belajar dari kesalahan.

Komentar :

ada 0 comment(s) ke “Mengakui Kesalahan”

Posting Komentar

Tertarik dengan artikel saya di atas?
Silahkan tulis komentar Anda di kotak komentar.
No SARA, Pornografi & Provokasi

Bookmark and Share
Powered By Blogger